Hidup
di dunia hanyalah "sekedar mampir", dengan kata lain sementara dan
tidak selamanya. Maka dari itu, sudah sepatutnya kita mengisi hari-hari kita
untuk selalu mengingat Sang Pencipta, Allah Subhanahu wa ta’ala Yang Maha Kuasa.
Mengingat Allah Subhanahu wa ta’ala tidak hanya
ketika shalat saja, ketika
makan-minum, bepergian, di waktu luang bahkan ketika kita sibuk pun masih bisa
mengingat Alloh Subhanahu wa ta’ala. Dan cara yang paling mudah dan ringan untuk
mengungat Alloh Subhanahu wa ta’ala adalah dengan ber-Dzikir.
Karena dengan dzikir, seseorang pada hakekatnya
sedang berhubungan dengan Allah. Dzikir juga merupakan makanan pokok bagi hati
setiap mu’min, yang jika dilupakan maka hati insan akan berubah menjadi kuburan.
Dzikir juga diibaratkan seperti bangunan-bangunan suatu negri; yang tanpa
dzikir, seolah sebuah negri hancur porak poranda bangunannya. Dzikir juga
merupakan senjata bagi musafir untuk menumpas para perompak jalanan. Dzikirpun
merupakan alat yang handal untuk memadamkan kobaran api yang membakar dan
membumi hanguskan rumah insan.
Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam juga pernah menggambarkan perumpamaan orang yang
berdzikir kepada Allah seperti orang yang hidup, sementara orang yang tidak
berdzikir kepada Allah sebagai orang yang mati:
عَنْ أَبِي مُوْسَى رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ،
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَثَلُ الذِّي يَذْكُرُ
رَبَّهُ وَالذِّي لاَ يَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ
"Perumpamaan
orang yang berdzikir kepada Allah dan orang yang tidak berdzikir, adalah
seumpama orang yang hidup dan mati." (HR. Bukhari)
Dan Allah Subhanahu wa ta’ala memerintahkan kaum Mukminin untuk
banyak berdzikir kepada-Nya dan Allâh memuji orang-orang yang banyak berdzikir.
Allah Azza wa Jalla berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا ﴿٤١﴾ وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا
Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah kepada Allâh, dengan mengingat (nama-Nya) sebanyak-banyaknya, dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang.” [al-Ahzab : 41-42]
Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnad-nya
عَنْ
عَبْدِ اللهِ بْنِ بُسْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ أَعْرَابِيًّا قَالَ
لِرَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّ
شَرَائِعَ الْإسْلَامِ قَدْ كَثُرَتْ عَلَيَّ ، فَأَنْبِئْنِيْ مِنْهَا بِشَيْءٍ
أَتَشَبَّثُ بِهِ ؟ قَالَ : لاَ يَزَالُ لِسَانُكَ رَطْبًا مِنْ ذِكْرِ اللهِ
Dari ‘Abdullâh bin Busr Radhiyallahu anhu berkata, “Seorang Badui datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian berkata, ‘Wahai Rasûlullâh, sesungguhnya syariat-syariat Islam sudah banyak pada kami. Beritahukanlah kepada kami sesuatu yang kami bisa berpegang teguh kepadanya ?’ Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Hendaklah lidahmu senantiasa berdzikir kepada Allâh Azza wa Jalla” (Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnad-nya (IV/188, 190).
Keutamaan Berdzikir |
1.
Mengusir
setan.
2.
Mendatangkan
ridho Ar Rahman.
3.
Menghilangkan
gelisah dan hati yang gundah gulana.
4.
Hati
menjadi gembira dan lapang.
5.
Menguatkan
hati dan badan.
6.
Menerangi
hati dan wajah menjadi bersinar.
7.
Mendatangkan
rizki.
8.
Orang
yang berdzikir akan merasakan manisnya iman dan keceriaan.
9.
Mendatangkan
cinta Ar Rahman yang merupakan ruh Islam.
10. Mendekatkan diri pada Allah
sehingga memasukkannya pada golongan orang yang berbuat ihsan yaitu beribadah
kepada Allah seakan-akan melihatnya.
11. Mendatangkan inabah, yaitu
kembali pada Allah ‘azza wa jalla. Semakin seseorang kembali pada Allah dengan
banyak berdzikir pada-Nya, maka hatinya pun akan kembali pada Allah dalam
setiap keadaan.
12. Seseorang akan semakin
dekat pada Allah sesuai dengan kadar dzikirnya pada Alalh ‘azza wa jalla.
Semakin ia lalai dari dzikir, ia pun akan semakin jauh dari-Nya.
13. Semakin bertambah ma’rifah
(mengenal Allah). Semakin banyak dzikir, semakin bertambah ma’rifah seseorang
pada Allah.
14. Mendatangkan rasa takut pada Rabb
‘azza wa jalla dan semakin menundukkan diri pada-Nya. Sedangkan orang yang
lalai dari dzikir, akan semakin terhalangi dari rasa takut pada Allah.
15. Meraih apa yang Allah sebut dalam
ayat,
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ
“Maka ingatlah pada-Ku, maka Aku akan mengingat
kalian.” (QS. Al Baqarah: 152). Seandainya tidak ada keutamaan
dzikir selain yang disebutkan dalam ayat ini, maka sudahlah cukup keutamaan
yang disebut.
16. Hati akan semakin hidup. Ibnul
Qayyim pernah mendengar gurunya, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata,
الذكر للقلب مثل الماء للسمك فكيف يكون حال
السمك إذا فارق الماء ؟
“Dzikir pada hati semisal air yang dibutuhkan
ikan. Lihatlah apa yang terjadi jika ikan tersebut lepas dari air?”
17. Hati dan ruh semakin kuat. Jika
seseorang melupakan dzikir maka kondisinya sebagaimana badan yang hilang
kekuatan. Ibnul Qayyim rahimahullah menceritakan bahwa Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah sesekali pernah shalat Shubuh dan beliau duduk berdzikir pada Allah
Ta’ala sampai beranjak siang. Setelah itu beliau berpaling padaku dan berkata,
‘Ini adalah kebiasaanku di pagi hari. Jika aku tidak berdzikir seperti ini,
hilanglah kekuatanku’ –atau perkataan beliau yang semisal ini-.
18. Dzikir menjadikan hati semakin
kilap yang sebelumnya berkarat. Karatnya hati adalah disebabkan karena lalai
dari dzikir pada Allah. Sedangkan kilapnya hati adalah dzikir, taubat dan
istighfar.
19. Menghapus dosa karena dzikir
adalah kebaikan terbesar dan kebaikan akan menghapus kejelekan.
20. Menghilangkan kerisauan.
Kerisauan ini dapat dihilangkan dengan dzikir pada Allah.
21. Ketika seorang hamba rajin
mengingat Allah, maka Allah akan mengingat dirinya di saat ia butuh.
22. Jika seseorang mengenal Allah
dalam keadaan lapang, Allah akan mengenalnya dalam keadaan sempit.
23. Menyelematkan seseorang dari adzab
neraka.
24. Dzikir menyebabkan turunnya
sakinah (ketenangan), naungan rahmat, dan dikelilingi oleh malaikat.
25. Dzikir menyebabkan lisan semakin
sibuk sehingga terhindar dari ghibah (menggunjing), namimah (adu domba), dusta,
perbuatan keji dan batil.
26. Majelis dzikir adalah majelis
para malaikat dan majelis orang yang lalai dari dzikir adalah majelis setan.
27. Orang yang berzikir begitu
bahagia, begitu pula ia akan membahagiakan orang-orang di sekitarnya.
28. Akan memberikan rasa aman bagi
seorang hamba dari kerugian di hari kiamat.
29. Karena tangisan orang yang
berdzikir, maka Allah akan memberikan naungan ‘Arsy padanya di hari kiamat yang
amat panas.
30. Sibuknya seseorang pada dzikir
adalah sebab Allah memberi untuknya lebih dari yang diberikan pada
peminta-minta.
31. Dzikir adalah ibadah yang paling
ringan, namun ibadah tersebut amat mulia.
32. Dzikir adalah tanaman surga.
33. Pemberian dan keutamaan yang
diberikan pada orang yang berdzikir, tidak diberikan pada amalan lainnya.
34. Senantiasa berdzikir pada Allah
menyebabkan seseorang tidak mungkin melupakan-Nya. Orang yang melupakan Allah
adalah sebab sengsara dirinya dalam kehidupannya dan di hari ia dikembalikan.
Seseorang yang melupakan Allah menyebabkan ia melupakan dirinya dan maslahat
untuk dirinya.
Allah Ta’alaberfirman,
وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ
نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang
lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri.
Mereka Itulah orang-orang yang fasik.” (QS. Al Hasyr: 19)
35. Dzikir adalah cahaya bagi
pemiliknya di dunia, kubur, dan hari berbangkit.
36. Dzikir adalah ro’sul umuur (inti
segala perkara). Siapa yang dibukakan baginya kemudahan dzikir, maka ia akan
memperoleh berbagai kebaikan. Siapa yang luput dari pintu ini, maka luputlah ia
dari berbagai kebaikan.
37. Dzikir akan memperingatkan hati
yang tertidur lelap. Hati bisa jadi sadar dengan dzikir.
38. Orang yang berdzikir akan semakin
dekat dengan Allah dan bersama dengan-Nya. Kebersamaan di sini adalah dengan
kebersamaan yang khusus, bukan hanya sekedar Allah itu bersama dalam arti
mengetahui atau meliputi. Namun kebersamaan ini menjadikan lebih dekat,
mendapatkan perwalian, cinta, pertolongan dan taufik Allah.
Sebagaimana
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ
اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ
“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang
bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. An Nahl: 128)
39. Dzikir itu dapat menyamai
seseorang yang memerdekakan budak, menafkahkan harta, dan menunggang kuda di
jalan Allah, serta juga dapat menyamai seseorang yang berperang dengan pedang
di jalan Allah.
Sebagaimana terdapat dalam
hadits,
مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ ، لَهُ الْمُلْكُ ، وَلَهُ الْحَمْدُ ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ . فِى يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ ، كَانَتْ لَهُ عَدْلَ عَشْرِ رِقَابٍ“Barangsiapa yang mengucapkan ‘Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku, wa lahul hamdu, wa huwa ‘ala kulli syain qodiir dalam sehari sebanyak 100 kali, maka itu seperti memerdekakan 10 budak.” (HR. Bukhari no. 3293 dan Muslim no. 2691)
40. Dzikir adalah inti dari
bersyukur. Tidaklah bersyukur pada Allah Ta’ala orang yang enggan berdzikir.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pada Mu’adz,
« يَا مُعَاذُ وَاللَّهِ إِنِّى لأُحِبُّكَ وَاللَّهِ إِنِّى
لأُحِبُّكَ ». فَقَالَ « أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ لاَ تَدَعَنَّ فِى دُبُرِ كُلِّ
صَلاَةٍ تَقُولُ اللَّهُمَّ أَعِنِّى عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ
عِبَادَتِكَ »
“Wahai Mu’adz, demi Allah, sungguh aku
mencintaimu. Demi Allah, aku mencintaimu.” Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Aku menasehatkan kepadamu –wahai Mu’adz-, janganlah engkau
tinggalkan di setiap akhir shalat bacaan ‘Allahumma a’inni ‘ala dzikrika wa
syukrika wa husni ‘ibadatik’ (Ya Allah tolonglah aku untuk berdzikir dan
bersyukur serta beribadah yang baik pada-Mu).”( HR. Abu
Daud no. 1522, An Nasai no. 1303, dan Ahmad 5/244. Syaikh Al Albani mengatakan
bahwa hadits ini shahih)
Dalam hadits ini digabungkan
antara dzikir dan syukur. Begitu pula Allah Ta’ala menggabungkan antara keduanya dalam
firman Allah Ta’ala,
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي
وَلَا تَكْفُرُونِ
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya
Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu
mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS. Al Baqarah: 152).
Hal ini menunjukkan bahwa
penggabungan dzikir dan syukur merupakan jalan untuk meraih bahagia dan
keberuntungan.
41. Makhluk yang paling mulia adalah
yang bertakwa yang lisannya selalu basah dengan dzikir pada Allah. Orang seperti
inilah yang menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah. Ia pun menjadikan
dzikir sebagai syi’arnya.
42. Hati itu ada yang keras dan
meleburnya dengan berdzikir pada Allah. Oleh karena itu, siapa yang ingin
hatinya yang keras itu sembuh, maka berdzikirlah pada Allah.
Ada yang berkata kepada Al Hasan, “Wahai Abu
Sa’id, aku mengadukan padamu akan kerasnya hatiku.” Al Hasan berkata,
“Lembutkanlah dengan dzikir pada Allah.”
Karena hati ketika semakin
lalai, maka semakin keras hati tersebut. Jika seseorang berdzikir pada Allah,
lelehlah kekerasan hati tersebut sebagaimana timah itu meleleh dengan api. Maka
kerasnya hati akan meleleh semisal itu, yaitu dengan dzikir pada Allah ‘azza wa
jalla.
43. Dzikir adalah obat hati sedangkan
lalai dari dzikir adalah penyakit hati. Obat hati yang sakit adalah dengan
berdzikir pada Allah.
Mak-huul, seorang tabi’in,
berkata, “Dzikir kepada Allah adalah obat (bagi hati). Sedangkan sibuk
membicarakan (‘aib) manusia, itu adalah penyakit.”
44. Tidak ada sesuatu yang membuat
seseorang mudah meraih nikmat Allah dan selamat dari murka-Nya selain dzikir
pada Allah. Jadi dzikir adalah sebab datangnya dan tertolaknya murka Allah.
Allah Ta’ala berfirman,
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami
akan menambah (nikmat) kepadamu.” (QS. Ibrahim: 7).
Dzikir adalah inti syukur
sebagaimana telah disinggung sebelumnya. Sedangkan syukur akan mendatangkan
nikmat dan semakin bersyukur akan membuat nikmat semakin bertambah.
45. Dzikir menyebabkan datangnya
shalawat Allah dan malaikatnya bagi orang yang berdzikir. Dan siapa saja yang
mendapat shalawat (pujian) Allah dan malaikat, sungguh ia telah mendapatkan
keuntungan yang besar. Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا
اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا (41) وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا (42)
هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلَائِكَتُهُ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ
الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا (43)
“Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah
(dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah
kepada-Nya diwaktu pagi dan petang. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan
malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari
kegelapan kepada cahaya (yang terang). dan adalah Dia Maha Penyayang kepada
orang-orang yang beriman.” (QS. Al Ahzab: 41-43)
46. Dzikir kepada Allah adalah
pertolongan besar agar seseorang mudah melakukan ketaatan. Karena Allah-lah
yang menjadikan hamba mencintai amalan taat tersebut, Dia-lah yang
memudahkannya dan menjadikan terasa nikmat melakukannya. Begitu pula Allah yang
menjadikan amalan tersebut sebagai penyejuk mata, terasa nikmat dan ada rasa
gembira. Orang yang rajin berdzikir tidak akan mendapati kesulitan dan rasa
berat ketika melakukan amalan taat tersebut, berbeda halnya dengan orang yang
lalai dari dzikir. Demikianlah banyak bukti yang menjadi saksi akan hal ini.
47. Dzikir pada Allah akan menjadikan
kesulitan itu menjadi mudah, suatu yang terasa jadi beban berat akan menjadi
ringan, kesulitan pun akan mendapatkan jalan keluar. Dzikir pada Allah
benar-benar mendatangkan kelapangan setelah sebelumnya tertimpa kesulitan.
48. Dzikir pada Allah akan
menghilangkan rasa takut yang ada pada jiwa dan ketenangan akan selalu diraih.
Sedangkan orang yang lalai dari dzikir akan selalu merasa takut dan tidak
pernah merasakan rasa aman.
49. Dzikir akan memberikan seseorang
kekuatan sampai-sampai ia bisa melakukan hal yang menakjubkan. Itulah karena
disertai dengan dzikir. Contohnya adalah Ibnu Taimiyah yang sangat menakjubkan
dalam perkataan, tulisannya, dan kekuatannya. Tulisan Ibnu Taimiyah yang ia
susun sehari sama halnya dengan seseorang yang menulis dengan menyalin tulisan
selama seminggu atau lebih. Begitu pula di medan peperangan, beliau terkenal
sangat kuat. Inilah suatu hal yang menakjubkan dari orang yang rajin berdzikir.
50. Orang yang senantiasa berdzikir
ketika berada di jalan, di rumah, di lahan yang hijau, ketika safar, atau di
berbagai tempat, itu akan membuatnya mendapatkan banyak saksi di hari kiamat.
Karena tempat-tempat tadi, gunung dan tanah, akan menjadi saksi bagi seseorang
di hari kiamat. Kita dapat melihat hal ini pada firman Allah Ta’ala,
إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا (1)
وَأَخْرَجَتِ الْأَرْضُ أَثْقَالَهَا (2) وَقَالَ الْإِنْسَانُ مَا لَهَا (3)
يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا (4) بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَى لَهَا (5)
“Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan
(yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang
dikandung)nya, dan manusia bertanya: “Mengapa bumi (menjadi begini)?”, pada
hari itu bumi menceritakan beritanya, karena sesungguhnya Tuhanmu telah
memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya.” (QS. Az Zalzalah:
1-5)
51. Jika seseorang menyibukkan diri
dengan dzikir, maka ia akan terlalaikan dari perkataan yang batil seperti
ghibah (menggunjing), namimah (mengadu domba), perkataan sia-sia,
Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa ta’ala menjadikan kita termasuk dari hamba-hamba yang
ikhlas dan banyak berdzikir yang sesuai dengan sunnah Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat.
Allahumma sholli wa wasallim ‘ala Nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa
shohbihi ajma'in
0 komentar:
Posting Komentar